Yang Bersaudara di Lapangan Sepakbola



Sepakbola seringkali menghadirkan hal-hal menarik yang sayang untuk dilewatkan. Salah satunya adalah ketika mereka yang masih memiliki hubungan darah, sama-sama berkarir sebagai seniman lapangan hijau. Tidak hanya di luar lapangan, keakraban mereka juga terjalin kala membela kesebelasan. Tak jarang mereka membela klub yang sama ketika mengawali karirnya. Berikut merupakan 3 contoh pesepakbola yang notabene masih punya hubungan darah.

Ronald Koeman dan Erwin Koeman
Koeman bersaudara adalah contoh pertama. Saat ini kita lebih mengenal Ronald karena berkarir sebagai juru taktik Belanda. Kebersamaan Koeman bersaudara terlihat saat Ronald menangani Everton. Di klub Merseyside ini, Ronald turut mengajak sang kakak sebagai bagian dari staf kepelatihannya.

Meskipun bersaudara, posisi yang mereka tempati tidaklah sama. Ronald adalah bek sedangkan Erwin merupakan gelandang. Erwin yang lebih tua menghabiskan semua karirnya di negeri kincir angin. Pria yang kini berusia 55 tahun ini banyak bermain di PSV dan FC Groningen. Di Timnas Belanda ia sempat bermain di 31 pertandingan dengan kontribusi 2 gol. Gelar juara liga Belanda sebanyak 2 kali dan 1 Piala Eropa bersama Belanda sempat dicicipi oleh Erwin.

2 tahun lebih muda, Ronald sempat mencicipi persaingan di luar Belanda ketika ia memperkuat Barcelona pada periode 1989-1995. Gelar yang ia peroleh juga lebih banyak dibanding sang kakak. Selain memperoleh gelar Piala Eropa, ia juga merasakan 1 kali Liga Champions saat membela Barca. Berbagai gelar lain di tingkat domestik juga ia peroleh saat membela PSV, Barca, dan Ajax. Satu hal yang cukup menarik bagi Ronald, ia adalah pemain yang cukup produktif. Sebagai bek, total jenderal ia melesakkan 165 gol selama karirnya di Klub dan Timnas.

Frank de Boer dan  de Boer
Jika Ronald dan Erwin adalah kakak beradik, maka de Boer bersaudara adalah saudara kembar. Sama-sama mengawali karir di Ajax Amsterdam, mereka sempat bermain bersama untuk 4 klub berbeda.  Namun jalan karir yang mereka lalui pun tak sama.

Frank de Boer memiliki karir yang boleh dikatakan lebih bersinar dibanding saudaranya. Berposisi sebagai bek, pria kelahiran 15 Mei 1970 ini memperkuat Ajax Amsterdam pada awal karir. Di tahun 1999 ia ditransfer ke Barcelona yang kala itu dinahkodai Louis van Gaal, pelatihnya semasa membela Ajax. Total selama karirnya ia berhasil mengoleksi 1 gelar Liga Champions, 5 Liga Belanda, 3 Piala Belanda, 3 Piala Super Belanda, 1 Liga Spanyol, 1 Piala UEFA, 1 Piala Super Eropa dan 1 Piala Intercontinental. Di timnas Belanda, tercatat ia bermain sebanyak 112 kali dan menyumbangkan 13 gol. Ar Rayyan di liga Qatar merupakan pelabuhan terakhirnya sebelum ia memutuskan gantung sepatu dan menapaki karir sebagai pelatih.

Berbeda dengan Frank, Ronald berposisi sebagai gelandang. Bermain bersama sejak di Ajax, Ronald dan saudara kembarnya pindah ke Liga Spanyol untuk membela Barca. Sayang karirnya di klub Catalan tersebut tidak panjang. Tercatat ia hanya bermain sebanyak 37 kali dan menyumbang 1 gol yang membuatnya hijrah ke Skotlandia untuk bermain bersama Rangers. Di Rangers, ia disusul Frank di tahun 2003. Karirnya berakhir di klub Al Shamal pada tahun 2008. Selama karirnya, ia sempat bermain sebanyak 63 kali dan mencetak 13 gol untuk Der Orange.

Michael dan Brian Laudrup
Duo Laudrup yang berasal dari Denmark sama-sama memiliki karir mentereng. mereka berdua pernah menjadi pemain terbaik di kompetisi yang berbeda. Sang kakak yang usianya 5 tahun lebih tua, Michael memperoleh 2 kali penghargaan sebagai pemain terbaik La Liga dan 2 kali di Denmark. Sedangkan Brian Meraihnya sebanyak 6 kali. 4 di Denmark dan 2 di Skotlandia.

Michael Laudrup yang kini berkarir sebagai pelatih adalah pemain yang kenyang pengalaman di klub papan atas. Tercatat ia pernah membela Juventus, Lazio, Barcelona, dan Real Madrid. Puncak karirnya adalah di Barcelona dimana ia berhasil mempersembahkan 1 gelar UCL,  4  Liga Spanyol, 2 Piala Super Spanyol, 1 Copa del Rey, dan 1 piala super Eropa.

Adapun Brian adalah bagian dari kesuksesan tim dinamit dalam meraih gelar juara Euro 1992. Selama karirnya di ia mencatatkan penampilan sebanyak 208 kali dan mengemas 41 gol. Sedangkan di Timnas ia mengoleksi 22 gol dari 86 kali berlaga. Pemain bertinggi 186 cm ini mengakhiri karirnya pada tahun 2000 di Ajax Amsterdam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Akhir Tahun: 2022, Kembali dan Mengingat Mourinho

Melihat Huesca, Mengingat Chairil

Catatan Akhir Tahun: Di Garis Batas