2021: Sebuah Catatan Singkat

Tidak terasa 2021 akan segera berakhir. Pada saat tulisan ini diketik, Indonesia bagian timur sudah menyambut tahun baru. Ketika tulisan ini selesai diketik, Indonesia bagian tengah sudah menandai almanaknya dengan 1 Januari 2022. Barangkali ketika dibaca, Indonesia bagian barat juga sudah mengganti dan membuang kalender 2021.

12 bulan berlalu, 365 hari satu per satu terlewati. Tentu banyak momen dan peristiwa yang terjadi.  Baik susah maupun senang, suka ataupun duka. Seperti halnya lagu Kuldesak: "menangis, tertawa semua tak bisa dihindari".

Sebetulnya saya ingin membuat banyak tulisan untuk setiap peristiwa yang terjadi. Atau menyambut momen-momen tertentu. Sayangnya, keinginan tersebut hanya berakhir di draft  Microsoft Word. Atau beberapa malah tersimpan dalam catatan WA. Terarsip dalam potongan-potongan kecil yang siap disambung.

Kadangkala saya buka kembali, tapi rasanya tidak ada dorongan untuk melanjutkan. Serasa kurang relevan jika dirajut sekarang. Yah, tulisan waktu "jaman semono" tentu tidak bisa dilepaskan dari konteks. Ada yang bilang, menulis paling bagus pada saat suasana jatuh cinta atau patah hati. Mungkin saja waktu itu saya sedang bahagia dengan hati berbunga-bunga. Di sisi lain, bisa saja saya menjadi pengembara penuh duka seperti yang digambarkan oleh Cecep Syamsul Hari dalam Molto Allegro.

Kembali ke tahun 2021. Saya menandainya sebagai tahun selesai. Terlebih-lebih di dunia sepakbola. Zidane selesai (untuk kali kedua) bersama Real Madrid. Ramos, menyudahi perjalanan 17 tahun membela Los Blancos. Hal yang sama dialami juga oleh Raphael Varane. Pasca 10 tahun mengawal lini pertahanan Madrid, dirinya memilih hengkang ke kota Manchester. Fans Real Madrid cukup mengingat baris puisi milik Chairil: Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan.

Ada yang berhenti, ada pula yang memulai. Zidane pergi, Ancelotti datang. Kedatangan Don Carlo serasa nostalgia. Fans Madrid seperti dibangkitkan pada kenangan delapan tahun silam. Memori-memori masa lalu datang kembali. Meskipun kali ini kondisinya sudah jauh berbeda.

Dari sepakbola saya belajar bahwa selesai adalah hal yang lumrah. Sudah merupakan hukum alam, setiap yang dimulai pasti akan selesai. Ada awal, tentu ada akhir. Pada suatu hal yang selesai, akan dilanjut dengan sebuah permulaan baru. Bagian demi bagian permulaan dan pengakhiran akan membentuk perjalanan.  Pada perjalanan pula, kita memutuskan berhenti. 

Ya. Seperti tahun, 2021 selesai dan 2022 datang. Sementara di ujung telinga, sama-samar terdengar lagu Kata

Slamanya

Slamanya

oooh Slamanya


Selesai sudah...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Akhir Tahun: 2022, Kembali dan Mengingat Mourinho

Mendengarkan The Trees and The Wild