Catatan Akhir Tahun: 2022, Kembali dan Mengingat Mourinho
Suratan nasib dan kuasa Gusti Allah Ta’ala seringkali membawa kita kembali pada tempat yang pernah disinggah. Setelah sekian lama dan jauh melangkah. Ibarat membaca sebuah buku dan sudah sampai bab dua satu, sejenak mundur lagi ke bab tujuh belas. Suatu hal yang kadang tak disangka, namun harus dijalani.
Karena satu urusan, saya kembali
ke satu tempat yang sering disinggahi sembilan tahun lalu. Seperti tempat lain
pada umumnya, ada yang berubah, meskipun pada sudut-sudut tertentu masih tetap.
Satu dua memori lama kembali muncul. Bak dua sisi koin, terang dan gelap. Semangat
pun bisa naik turun. Sesekali surut, kadang juga meluap. Ada yang mulur,
ada juga yang mungkret.
Saya jadi ingat dialog idola saya
Jose Mourinho saat menceramahi pemainnya. “Yesterday i was twenty, and today
im fifty sixth. Time flies.” Mungkin saya akan tulis dalam postingan
lain karena hal tersebut sangat menarik. Yaps, dalam dialog tersebut Mou dengan
cerdasnya menggambarkan waktu yang berlalu sangat cepat. Kemarin masih dua
puluh, sekarang ndak terasa dah lima
enam aja. Jika terlena dan tidak bisa reach what you can reach nanti
bisa menyesal lho. Begitu kurang lebih Mou menceramahi Dele Alli.
Apa yang disebut Mou tadi cukup
berbekas dan memunculkan pemahaman tersendiri. Yesterday. Rasanya baru kemarin.
Saat masih dua puluh tahun. Dan time flies. Kuliah, kkn, skripsi, lulus,
bekerja. Boom, pandemi Covid-19 melanda. Hidup seperti lomba, dikejar-kejar virus
yang kita tak tahu wujudnya. Memulai beradaptasi dengan cara hidup baru yang
tidak pernah dibayangkan. Sampai akhirnya kita semua sudah hampir bertemu
dengan 2023.
Kehidupan memang seperti buku. Ketika
satu bab selesai, ditulislah bab baru. Setiap pertemuan pasti melahirkan
perpisahan. Lalu pertemuan lagi, perpisahan lagi, dan begitu seterusnya. Ada pertemuan
yang diinginkan, ada pula pertemuan yang sudah digariskan. Kalau perpisahan? Itu
semua mah sudah ditakdirkan wkwkwk.
Kehidupan harus terus berjalan dan
setiap kita selesai pada satu urusan, maka bersegeralah untuk urusan yang lain.
Meskipun Tarli Nugroho pernah bilang, jika bagi lelaki cinta dan kehidupan
adalah dua dunia yang berbeda. Kehidupan mereka bisa lanjut terus dan beranjak,
tapi tidak demikian dengan cintanya. Mungkin ini pula yang disebut Neruda sebagai
love is so short, and forgetting is so long hahaha.
Kembali pada satu tempat, saya
kembali menulisi kertas bergaris yang terakhir kali dilakukan enam tahun lalu. Berpacu
dari tenggat ke tenggat seolah menjadi hal yang menyenangkan. Mulai melakukan
cara baru, meskipun metode lama juga tidak ditinggalkan.
Pada akhirnya, saya mencoba untuk
menerapkan pesan Mou. Jangan sampai nanti menyesal. Karena itu tadi,
Yesterday, i was 20. Time flies
!!! time flies !!!
Haduhh
BalasHapusKolo" ngeblog horobsih😅
BalasHapus