Catatan Akhir Tahun 2024: La Pausa
Seperti biasa, di ujung
pergantian almanak ini tidak afdol jika tidak ditutup dengan sebuah catatan
singkat. Sekadar penanda semangat zaman, tentang apa yang terjadi dan akan
menjadi nostalgia bagi penulis pada tahun-tahun berikutnya. Hari ini mungkin
biasa, tapi 5-10 tahun ke depan bisa jadi tulisan ringan ini meninggalkan
kesan.
Berbicara mengenai masa depan,
tentu sudah banyak ahli maupun futurolog yang memprediksi aneka macam yang akan
terjadi di tahun 2025. Segala pembahasan ipoleksosbudhankam (bahasa yang Orba
banget yak wkwkwk) sudah bertebaran di media massa. Tentu tak lupa dengan prediksi
dari sobat indigo yang ditayangkan di TV-TV.
Namun tak ada salahnya untuk
menengok kembali ke belakang. Bukan untuk ditangisi tentunya, akan tetapi
memberi makna pada perjalanan yang telah lalu. Lebih-lebih disyukuri. Bahwa
kenangan indah (atau tidak) yang sudah tutup buku merupakan anugerah dan
karunia dari Gusti Allah Ta’ala.
Kembali ke catatan akhir tahun. Momen
pergantian tahun sering dimanfaatkan untuk menggaris batas. Apa yang didapat, juga
target yang coba diukur dengan angka-angka. Barangkali ini yang membuat manusia
seolah “berkelahi dengan waktu”. Umur segini harus begini begitu apalah apalah.
Tahun depan sudah umur segini, sementara hidup masih begini-begini, beda dengan
Si A Si B yang hidupnya begitu-begitu. Sungguh hidup terus diburu, berpacu
dengan waktu. Begitulah kata lirik lagu.
Ada kalanya dalam hidup perlu
berhenti sejenak. Bang Karni selalu mengingatkan untuk ”rehat sejedag” setelah
para narsumnya silang sengketa beradu jurus di ILC. Ya begitulah, dalam perjalanan
tentu tidak mungkin ngegas terus menerus. Salah-salah mesinnya bisa rontok.
Dalam sepakbola, kemampuan untuk “rehat
sejedag” ini merupakan hal istimewa yang tidak dimiliki semua pemain. Atau
bahkan ilmu tingkat tinggi. Salah satu masternya adalah The Goat Lionel
Messi. Skill ini dikenal dengan
La Pausa.
Sebagai maestro, Pak Leo tidak
hanya dikenal brilian dalam olah bola, namun juga mampu membaca situasi. Ada
kalanya melakukan sprint dan dribble cepat. Namun di waktu lain, Pak Leo
memperlambat tempo permainan, menunda pergerakan, sambil menunggu momen yang
tepat untuk mengumpan atau mengeksekusi peluang.
Seperti halnya pada sepakbola, kemampuan
berhenti sejenak ini juga diperlukan dalam menghadapi roda kehidupan yang bisa
menggilas zaman. Tahu saatnya berhenti
akan membuat kita menghindari offside dan melanggar batas. Pada momen-momen
berhenti ini, terkadang akan ada peluang atau kesempatan yang datang
menghampiri.
Tidak perlu risau tertinggal.
Siapa yang terbang lebih cepat, sepertinya tidaklah penting. Jika kau ada di
baris akhir jangan khawatir. Karena pada saatnya juga akan sampai.
Semoga, dalam perjalanan menuju.
Gusti Allah Ta’ala senantiasa memberikan petunjuk. Agar kita diberikan
kemampuan mengetahui. Kapan saatnya berhenti, kapan saatnya melaju.
Akhir kata,
Semoga kita semua tiba
tepat waktu…
Komentar
Posting Komentar