For Ongoing December

Sudah Desember lagi. Bagi saya pribadi, bulan ini menjadi yang paling dinanti. Bulan yang menenangkan, juga menyenangkan. Bulan yang lekat dengan hujan. Hujan bisa datang pergi setiap hari. Membuat basah dan kadangkala timbul resah. Apalagi saat kita di luar rumah, meninggalkan jemuran sementara hujan menyerang haha.

Bulan Desember merupakan saat yang tepat, untuk berhenti dan rehat sejenak. Sambil melongok ke belakang, tentang apa yang sudah dijalani dalam sebelas bulan sebelumnya. Seperti biasa, tidak ada yang sempurna. Pasti ada momen gembira, ada juga saat duka lara. Baik susah maupun senang seperti sudah menjadi ketentuan yang dipergilirkan. Jadi semuanya cukup disikapi dengan biasa-biasa saja.

Desember tahun lalu masih ingat sekilas, pada tanggal 31 saya sempat mengabadikan langit di daerah Pundong. Langit akhir dekade karena 2019 merupakan penutup dasawarsa sejak 2010. Momen yang baru bisa diulang per 10 tahun. Di bulan Desember saya juga mendapat kalender 2020 dari percetakan tempat biasa ngeprint kertas ivory. Ternyata sampai bulan ini kalendernya belum saya pasang. Sudah keburu akhir tahun juga wkwkwkw.

Sebenarnya saya ingin membuat sekadar catatan akhir tahun. Sangat pas waktunya dengan bulan Desember. Tapi waktunya tidak cukup banyak. Jadi saya urungkan niatan tersebut. Sedikit kembali ke belakang,  Desember 3 tahun lalu saya juga punya karep membuat catatan tahun 2017. Tapi baru dua paragraf, semua menjadi buntu. Tahun tersebut dihabiskan dengan mengerjakan tugas akhir skripsi (yang ternyata tidak kunjung selesai). Intine skripsine ora rampung-rampung, bangun tidur menghadapi persoalan yang sama yang belum ketemu solusinya. Tentu hal tersebut membuat tidak bahagia.

Bagaimana dengan 2020? Ya kita semua tahu bahwa tahun ini merupakan tahun yang berat. Tahun yang tidak disangka. Datangnya pandemi mengubah wajah dunia. Ada cara baru, ada kebiasaan baru, dan ada pola-pola baru yang tidak kita bayangkan sebelumnya. Tentu kita segera melakukan penyesuaian. Seperti kata Alvin Toffler, bahwa dalam hidup ini kita perlu learn, unlearn, dan relearn.

Ketika menulis lagi di bulan Juli, pada bagian akhir saya menyebut bahwa saya memiliki pertanyaan-pertanyaan mengenai sepakbola. Yang jawabannya tidak harus saat itu, biar saja dijawab oleh waktu. Ternyata 2020 juga ikut-ikutan menjawab. Paling fenomenal tentu saja Liverpool, mereka menjadi juara Premier League. Setelah setiap tahun sejak 1990 bertanya, kapan ya jadi juara liga.

Begitu saja ya untuk tahun ini. Semoga kita semua selalu diberi sehat dan bahagia. Kita boleh saja kecewa, sedih, atau berduka atas apa yang terjadi. Namun kita tidak boleh kehilangan harapan untuk hari esok yang lebih baik. Di bulan Desember kita berhenti, bikin rekapitulasi, dan berdoa semoga bisa lebih baik lagi.

Terakhir, nggak pas rasanya kalau gak mengutip Chairil. Ini saya tampilkan potongan puisi Senja di Pelabuhan Kecil. Kutipan yang menurut saya sangat top. Tiada duanya.

masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap (1946)

 

Selesai sudah

 

NB: Ditulis di penghujung 2020 dengan tergesa-gesa, judul tulisan terinspirasi dari salah satu karya Gardika Gigih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Akhir Tahun: 2022, Kembali dan Mengingat Mourinho

Mendengarkan The Trees and The Wild

2021: Sebuah Catatan Singkat