Ambarbinangun 2009: Sebuah Kenangan Tak Terlupakan

Sebuah malam, sambil mendengarkan lagu JKT48

Entah kenapa, ketika sedang melakukan “safari” mengurus sebuah proyek bersama rekan saya, kami melewati sebuah daerah yang pernah kami sambangi pada tahun 2009. Sebuah tempat yang dianggap pernah menjadi saksi perjuangan pramuka di masa saya SMP. Bumi Perkemahan Ambarbinangun !!!

Ketika melewati tempat tersebut, ingatan saya mencoba kembali ke masa 3 tahun lalu. Masa ketika kami masih aktif menjadi manusia Indonesia yang berjiwa tunas kelapa. Teringat kami akan sebuah event yang lazim disebut LT.

Dalam menghadapi LT tersebut, kami melakukan latihan yang ketat. Dengan persiapan yang cukup lama dan para  trainer yang menurut saya sangat mumpuni di bidangnya kami pun optimis dalam menghadapi LT. Banyak hal yang berkesan dalam latihan. Pada saat sesi pemantapan yang digelar di Spelanta selama 2 hari, setidaknya ada 2 hal yang kini masih membekas dalam ingatan.

Pertamax, ketika sesi masak darurat. Nasi yang kami masak ternyata kurang matang. Ketika ditanak dengan sebuah metode khusus, hasilnya malah “plekuthus”. Dengan penuh perjuangan kamipun melahap nasi tersebut, walaupun akhirnya tidak habis. Pengalaman keduaterjadi waktu latihan mengolah masakan dengan bahan dasar ketela. sebagai seorang pramuka yang nasionalis, saya dan teman saya sepakat untuk membuat getuk merah putih. Pada wal proses pembuatan memang berjalan lancar. Yang menjadi pangkal masalah ketika teman saya memasukkan pewarna (entah pewarna apa) kedalam getuk. Selain warnanya jadi merah merona, rasanya membuat tenggorokan serasa dicekik. Untung waktu itu belum ada masterchef, kalau ada kami berdua bisa diajak duel sama Chef Juna.wehehe

Ada lagi proses latihan yang masih berkesan. Ketika latihan mendirikan tenda yang digelar di timur lapangan Karang kotagede, dari anggota regu yang jumlahnya 8 orang, paling yang kerja hanya 5 orang. Saya dan 2 teman saya (sebut saja namanya Bunga dan kencur) asyik leyeh-leyeh di pojokan Lapangan karang, tepatnya di bawah pohon rindang. Suasana yang adem ayem loh jinawi lancar prawiro di bawah pohon  sangat mendukung untuk kegiatan leyeh-leyeh sambil “ngrasani”, tentunya “ngrasani” 5 orang yang lagi mendirikan tenda tersebut. Weleh-weleh

Ketika pada saatnya LT digelar, kamipun dengan penuh percaya diri menatap medan laga seperti pasukan Sparta. Di hari pertama, setelah melalui pengecekan dan upacara yang banyak menelan korban pingsan, kegiatan berlanjut dengan adanya 2 lomba. 1) mendirikan tenda, dan kedua adalah lomba cerdas cemas. Saya yang dianggap memiliki pengetahuan luas (maap ye, agak khultus individu) tentu saja mengikuti LCC bersama 2 teman lain.   Setelah bat bet bat bet dan semua soal  selesai kami kerjakan, kami melangkah keluar dan segera menuju tenda. Ketika melihat tenda kami, alangkah takjubnya ketika tenda kami memiliki struktur seperti atap rumah minang. Pasti ini efek dari seringnya leyeh-leyeh ketika latihan mendirikan tenda.

inilah wajah-wajah sumringah waktu mengerjakan LCC. saya ada lho.

dari 4 orang diatas, 2 orang adalah komplotan saya yang sering leyeh-leyeh di lapangan karang. mereka ikut bertanggung jawab terhadap hasil jadi tenda, coba tebak?


Setelah itu, magrib tiba dan kami melaksanakan ishoma. Di malam hari ada 4 kegiatan yang dilakukan secara serentak setelah ada satu kegiatan bernama musyawarah yang dilombakan. Kami yang jumlahnya 8 orang lalu memisahkan diri. 3 orang mengikuti kontes membuat miniatur, 3 orang role play bahasa inggris, 1 orang membuat poster, dan 1 sisanya ikut lomba pidato bahasa jawa. Saya sendiri ikut membuat miniatur jembatan. Karena saya tidak paham apa-apa, ya sepanjang membuat miniatur saya Cuma terpaku, termenung, dan tersipu malu. Wehehe. Malam semakin larut, dan ternyata ada 1 kegiatan lagi yang wajib dilombakan, menyanyi. Ketika menyanyikan saya sadar diri dengan kualitas suara sehingga saya Cuma mangap-mangap saja alias lipsync. Ketika semua kegiatan telah selesai, kami kembali ke peraduan (sebuah tenda dengan atap minang) dengan berjuta harapan untuk menatap hari esok.

hanya bisa terpaku. weleh-weleh


Esok paginya, ketika mentari pagi bersinar lagi maka hati juga cerah kembali.

Kegiatan pertama di hari kedua adalah senam pagi agar badan sehat. Selesai senam kami melakukan istirahat kembali. Waktu istirahat kami isi dengan leyeh-leyeh sambil minum teh. Weleh-weleh, serasa dunia tentram, aman, dan adem ayem loh jinawi. Setelah beberapa lama, tiba saatnya kami akan melakukan kegiatan “penghabisan”. Dalam kegiatan ini kami longmarch dan akan melalui pos-pos untuk diberikan tugas. Yang memberatkan adalah, ketika longmarch kami diharuskan menggembol ransel kami lengkap dengan isi –isinya. Wah, kami serasa pasukan divisi Siliwangi yang longmarch dari Jabar ke Yogya akibat perjanjian Renville. Dan petualangan pun dimulai.

menunggu pemberangkatan


Pertama, kami berjalan ke utara menuju perbatasan kota Yogyakarta, setelah itu kami sampai di perempatan Bugisan (kalau tidak salah, maap agak lupa) kami menuju ke selatan. Dan pemberhentian kami adalah SMM untuk diberi tugas mendirikan tenda darurat dan masak darurat.saat itu hari sudah beranjak siang dan kondisi kami sudah agak payah. Maka dari itu, sembari menunggu masak darurat saya melakukan hobi saya, leyeh- leyeh sejenak. Setelah selesai kamipun kembali melakukan perjalanan ke arah barat untuk kembali ke Bumi Perkemahan Ambarbinangun. Ditengah perjalanan ada tugas menaksir (bukan menaksir cewek lho). Selesai menaksir, kami sampai ke Ambarbinangun pada sore hari menjelang magrib. Satu hal yang paling teringat adalah ketika kami membawa bekal “air kehidupan” selama perjalanan. “air kehidupan” yang saya maksud disini adalah air mentah yang diambil langsung dari sumber air di Bumi Perkemahan Ambarbinangun. Rasanya yang segar dan dianggap menyehatkan jiwa raga. Karena itu, saya agak khawatir kalau Danone mengetahui keberadaan sumber air tersebut. Bisa- bisa nanti digenduli dan menjadi sebuah produk air mineral tertentu, hehehe guyon.com

cipat-cipat, simangat-simangat

formasi pasukan hijrah sudah mulai bubrah


Hari pun beranjak malam, keberadaan matahari digantikan oleh bulan. Kami kembali dihadapkan pada sebuah kegiatan, guyon maton. Ternyata guyon matonnya tidak sukses sodara-sodaraku. Hal ini dikarenakan suara saya serak sehingga susah ngomong. Padahal saya mendapat peran yang jika dalam sudut pandang bahasa indonesia disebut orang ketiga “sok” tahu.  Setelah semua selesai kamipun segera beranjak ke habitat kami. Masih ada hari esok.

 Hari terakhir, ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan. Ada lomba kreasi masak, terus tali temali dan ada membuat peta. Setelah kegiatan selesai sampailah kami pada upacara penutupan. Ketika diumumkan juaranya, ternyata kami berhasil memperoleh peringkat 3. Saat itu posisi kami berada di bawah 2 regu dari smp 1 (tau sendiri kan, smp 1 god fathernya pramuka).

yang juara 3 itu komadan saya, weheheh


Cerita diatas hanya sekedar sharing dari saya, angkatan pujangga baru naga api kepada adik-adik yang akan menghadapi LT. Harapan saya, anda-anda semua dapat meraih prestasi setinggi mungkin di LT. Pokoknya lakukan yang terbaik dan bersiap akan kemungkinan terburuk.

Melalui posting ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada pembina pramuka kami, pasangan ganda campuran Kak Yayan dan kak Catur yang telah membina kami dengan segenap jiwa dan raga. Tak lupa kepada dewan pembina Pramuka Spelanta, Bu darsih yang selalu memberi dukungan terhadap kami semua. Tak lupa kepada Naga Api generasi 3 yang telah menjadi trainer dan melakukan transfer pengetahuan terhadap kami semua.

Cukuplah dari saya, Subuah Kenangan dari Ambarbinangun tahun 2009

Pandu Sahabat Satwa

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Akhir Tahun: 2022, Kembali dan Mengingat Mourinho

Melihat Huesca, Mengingat Chairil

Catatan Akhir Tahun: Di Garis Batas