Saya, Barcelonistas, dan Sepakbola Indonesia yang Galau

Pagi ini, pukul 05.35

                Matahari sudah menyingsingkan sinarnya tinggi-tinggi ketika mata ini terbangun dari kantuk. Tidur pukul 1 dan bangun pada pagi hari memang masih menyisakan kantuk. Lhoo, tidur pukul 1, bangu pukul 05.35. Berarti saya melewatkan pertandingan Real Madrid vs Bayern Muenchen yang berlangsung pukul 01.30. Wadaww. Setelah itu saya buka HP dan melihat ada 2 inbox message. Ternyata  kedua pengirim sms tersebut adalah pendukung Barcelona. Yang satu mengiriman sms berisi hasil pertandingan, satunya lagi mengirim sms dengan isi, “naas ndu”. Berarti Real madrid tidak lolos ke final Liga Champions dong. Aduh, galaunya.

                Setelah saya lihat cuplikan pertandingan, ternyata laga tersebut harus diakhiri dengan adu penalti. 2 gol CR 7 yang dibalas 1 gol Arjen Robben membuat agregat menjadi sama kuat 3-3. Dan adu penalti berakhir dengan skor 1-3 untuk keunggulan Muenchen. Dari 4 kesempatan tendangan, madrid hanya mampu menjaringkan 1 gol ke gawang Manuel Neuer. Dan yang membuat saya lebih galau, pemain yang gagal mengeksekusi penalti diantaranya Cristiano Ronaldo dan Kaka ( idola saya).

                Apa yang saya alami ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan suporter Barcelona. Mereka juga sedih tim kesayangannya tidak mampu melaju ke final Liga Champions karena Barca hanya  mampu mencatatkan hasil imbang 2-2 melawan Chelsea. Dengan gagalnya Real Madrid dan Barcelona, maka El Clasico jilid 7 tidak jadi dilaksanakan. Barcelonistas juga mengalami kasus sama seperti saya. Idola mereka, Lionel Messi gagal mengeksekusi penalti kala melawan Chelsea. Padahal jika penalti tersebut gol, hasil pertandingan akan berbeda dab Barcelona sangat berpeluang lolos ke final. Hal tersebut membuktikan jika Messi maupun Ronaldo sama-sama manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.

                Tapi tak apa, Real Madrid dan Barcelona tetap menjadi yang terbaik di hati penggemarnya. Yang hanya perlu saya dan Barcelonistas lakukan hanyalah menghibur diri agar tidak galau berkepanjangan. Kita hanya perlu bersabar sampai musim depan. Mungkin tahun depan Real Madrid ataupun Barcelona yang akan menjadi juara Liga Champions. Saya berharap musim depan Real dan Barca akan bertemu final Liga Champions sehingga salah satu dari kita akan berteriak “Hala Madrid” ataupun “Visca Barca”. Kini Madrid harus fokus ke La Liga dan barca harus konsentrasi dengan  Copa del Rey agar mereka dapat meraih trofi musim ini.
                Setali tiga uang, sepakbola Indonesia juga dilanda kegalauan. Saat ini kita masih menunggu keputusan dari tim task force AFC mengenai penyelesaian dari kisruh persepakbolaan nasional. Kondisi ini memang tidak menguntungkan. Bayangkan, ada satu negara yang memiliki 2 kompetisi tertinngi sepabola, 2 federasi yang menaunginya, dan bisa jadi 2 timnas. Ini Indonesia, bukan produk mi instan yang isi 2 itu. Kita tentu berharap sepakbola Indonesia akan segera keluar dari permasalahan ini. Dan keputusan tim task force AFC diharapkan bisa menjadi win-win solution bagi 2 kubu yang berbeda pendapat.

                Apapun keputusan tim task force AFC harus dipatuhi oleh kedua pihak. Pandemen sepakbola nasional tentunya muak dengan keadaan ini. 82 tahun sudah usia PSSI, tetapi berbagai persoalan pelik terus membayangi. Dan yang terpenting jangan sampai sepakbola kita kena sanksi FIFA, kasihan dengan para pemain dan perangkatnya. Sepakbola harus dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa. Kini yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu apa yang diputus FIFA, sambil berharap inilah jalan terbaik bagi persepakbolaan kita.

Dengan Galau, 26-04-2012

Selesai Sudah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Akhir Tahun: 2022, Kembali dan Mengingat Mourinho

Melihat Huesca, Mengingat Chairil

Catatan Akhir Tahun: Di Garis Batas