Mendukung Pulau Komodo

Komodo adalah satu-satunya peninggalan purbakala yang masih hidup. Istimewanya lagi, komodo hanya dapat dijumpai di Taman Nasional Komodo yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Hal itulah yang membuat pemerintah Indonesia mengikutsertakan komodo untuk menjadi New 7 Wonders Of Nature. Berikut ini ada ulasan sedikit tentang komodo.


1. Asal usul Komodo

Meski habitat aslinya di NTT, penelitian ahli pada tahun 2009 menyimpulkan, Komodo ternyata bukan hewan asli Indonesia.

Ahli palaeontologi dan arkeologi dari Australia, Malaysia, dan Indonesia membuktikan tulang Komodo sama dengan tiga fosil hewan yang ditemukan di Queensland. Itu memperkuat teori bahwa Australia adalah tempat evolusi Komodo.

Fosil yang ditemukan di Queensland menunjukan bahwa Komodo berasal dari Australia empat juta tahun yang lalu dan bertahan kira-kira hingga 300.000 tahun lalu.

Para peneliti juga menemukan bahwa Komodo menyebar ke sejumlah wilayah, kemudian sampai di Pulau Flores sekitar 900.000 tahun lalu -- rumah terbaik bagi hewan itu.

Sementara di tempat asalnya, Australia, Komodo punah 50.000 tahun lalu -- bertepatan dengan saat manusia tiba di Australia. Komodo juga menghilang dan punah di beberapa pulau lain di Indonesia, kecuali Flores.

2. Bisa melahirkan dalam kondisi perawan

Perempuan mungkin bisa hidup tanpa laki-laki, ini setidaknya berlaku untuk Komodo. Biawak raksasa betina bisa menghasilkan bayi tanpa pembuahan jantan.

Flora, Komodo yang tinggal di Chester Zoo, London menjadi buktinya. Pada 2006 lalu, ia melahirkan delapan telur Komodo. Melalui proses partenogenesis - reproduksi aseksual tanpa pembuahan, dalam keadaan perawan.

Kejadian di kebun binatang London itu adalah kali pertamanya partenogenesis pada Komodo yang tercatat terjadi di dunia.

Ilmuwan menguak reproduksi Komodo bisa dilakukan dengan dua cara: seksual atau aseksual, tergantung pada kondisi lingkungan mereka. Di kebun binatang, biasanya Komodo betina ditempatkan terlisah dari yang lain.

3. Misteri gigitan mematikan Komodo

Meski berbadan besar - bisa mencapai 3 meter, gigitan Komodo termasuk lembek. Namun, entah bagaimana, kadal raksasa itu bisa memangsa hewan besar, seperti kerbau misalnya.

Apa rahasia gigitan Komodo?

Ahli biologi dari University of New South Wales, Australia menemukan, dalam mulut Komodo terdapat beberapa lusin gigi setajam silet.

Gigi runcing itu dikombinasikan dengan otot kuat di lehernya yang gemuk. "Kombinasi teknik makan cerdas dan tajamnya gigi, memungkinkan gigitannya bisa berakibat mematikan," kata ahli biologi, Stephen Wroe.

Untuk menguak misteri gigitan Komodo, para ahli membangun sebuah model kepala dan tenggorokan hewan itu dengan perangkat lunak. Rahang Komodo boleh saja lemah, tapi 100 juta tahun evolusi telah memberinya senjata yang ampuh.

"Komodo punya teknik makan yang unik, terus menerus menarik makanannya." Ia menangkap mangsanya dan menghujamkan 60 gigi tajam. Menutupi kekurangan gigitan yang lemah, otot tenggorokannya yang kuat akan menarik mangsa masuk ke perut."

Komodo akan menelan utuh-utuh mangsanya dan memuntahkan sisa-sisa yang tak dapat ia cerna: rambut dan sebagian tulang.

4. Di balik air liur Komodo yang mematikan

Selain keunikan teknik makannya, Komodo juga memiliki senjata lain untuk melumpuhkan mangsanya: air liur.

Meski seekor hewan bisa lolos dari serangan Komodo, ia segera melemah dan akhirnya mati.

Untuk jangka waktu yang lama, peneliti menduga, bakteri di air liur hewan itu bertanggung jawab menimbulkan luka infeksi yang parah pada korbannya. Bakteri itu meracuni darah korban.

Namun, dugaan itu terbantahkan pada tahun 2005 lalu. "Adanya bakteri dalam air liur Komodo atelah menjadi dongeng ilmiah," kata Bryan Fry, peneliti racun di University of Melbourne, Australia.

Fry dan timnya mempelajari susunan biokimia dalam air liur Komodo. Mereka menemukan, racun tersebut bisa dengan cepat menurunkan tekanan darah, mempercepat hilangnya darah, dan membuat korban menjadi syok -- hingga tak berdaya melawan.

Para ilmuwan menemukan, apa yang terkandung dalam liur Komodo serupa dengan racun yang dimiliki ular paling berbisa yang hidup di pedalaman Taipan, Australia.

Sementara para rekannya takjub dengan penemuan ini, Fry mengaku tak heran. Sebab, penelitian yang pernah ia lakukan sebelumnya menemukan, sejumlah spesies kadal -- seperti Iguana, kadal tak berkaki, dan kadal monitor juga memiliki bisa.

Evolusi dan Sejarah Komodo

Sekitar 40 juta tahun silam di Asia, muncul spesies komodo yang dimulai dengan marga veranus, yang kemudian bermigrasi ke Australia. Selanjutnya 15 juta tahun yang lalu para biawak raksasa ini kemungkinan bergerak menuju wilayah yang dikenal sebagai Indonesia sekarang, karena pertemuan lempeng benua Australia dan Asia Tenggara. Komodo diyakini berevolusi dari nenek moyang Australia sekitar 4 juta tahun yang lampau, dan meluas penyebarannya sampai sejauh Timor.

Ketika tahun 1910 armada kapal Belanda menemukan makhluk misterius yang diduga "Naga" mendiami wilayah Kepulauan Sunda Lesser. Selanjutnya oleh Letnan Steyn Van Hensbroek, seorang penjabat Administrasi Kolonial Belanda di kawasan Flores temuan ini ditindaklanjuti. Pada tahun 1912, Peter A. Ouwens, direktur Museum Zoologi di Bogor
mempublikasikan komodo kepada dunia lewat papernya. Dalam pemberitaannya, Ouwens memberi saran nama kadal raksasa " Varanus komodoensis" untuk komodo, sebagai pengganti julukan Komodo Dragon (Naga Komodo). Dipercaya sebagai hewan unik dan langka, pada tahun 1915 pemerintah Belanda akhirnya menetapkan Pulau Komodo sebagai wilayah konservasi.

Habitat, Konservasi, dan Ekowisata

Hidup di padang savana yang gersang nan tandus, komodo membentuk negerinya sendiri di Taman Nasional Komodo, dan tersebar di Pulau Komodo (1700 ekor), Pulau Rinca (1300 ekor), Pulau Gili Montang (100 ekor), serta Gili Dasami (100 ekor). Hewan titisan era jurasic yang menyukai tempat panas ini akan menjaga panas tubuhnya di malam hari dengan membuat sarang dalam lubang sedalam 1-3 meter.

Dengan populasi yang kian menyusut, menyeret komodo masuk dalam daftar IUCN (International Union for Conservation of the Nature). Perubahan iklim akibat ulah tangan usil manusia seperti pembabatan serta pembakaran hutan liar, limbah bahan pertambangan, dapat mengancam keberlangsungan hidup mega reptil ini. Ditambah lagi kecerobohan manusia dalam berburu rusa secara berlebihan, dapat membahayakan keseimbangan ekosistem di kawasan pulau komodo. Oleh karena itu pemerintah pada tahun 1980 menetapkan Taman Nasional Komodo sebagai wilayah konservasi. Selanjutnya sebagai pengakuan dunia atas kekayaan alam ini, kawasan seluas 1.817 kilometer persegi ini dikukuhkan sebagai Cagar Manusia dan Biosfir pada tahun 1986 serta Situs Warisan Dunia (World Heritage) oleh UNESCO pada tahun 1991.

Untuk itu marilah kita semua yang ingin berpartisipasi mendukung Komodo dalam pemilihan New 7 Wonders of Nature. Caranya sangat mudah, ketik KOMODO kirim ke 9918. Biayanya juga sangat murah, hanya 1 rupiah per sms. Satu suara sangat berarti untuk komodo dan Bangsa Indonesia.

Vote Komodo, Vote Indonesia...

Sumber:
  1. Vivanews.com
  2. Pilihkomdo.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Akhir Tahun: 2022, Kembali dan Mengingat Mourinho

Melihat Huesca, Mengingat Chairil

Catatan Akhir Tahun: Di Garis Batas