RYAN GIGGS...


(foto setengah badan dari Google)

Bagi anda penggemar Manchester United, nama diatas bukanlah hal asing di telinga anda. Ya, Giggs adalah salah satu pemain terhebat dalam sejarah The Reds Devils. Penampilan yang menawan di lapangan dan loyalitasnya terhadap MU membuatnya akan dikenang banyak orang jika suatu saat ia pensiun dari lapangan hijau.

Pria Wales berusia 38 tahun ini telah memperkuat MU sejak tahun 1990 (5 tahun sebelum saya lahir). Bersama rekan angkatannya yakni Neville bersaudara, David Beckham, Paul Scholes,Nicky Butt,dll yang disebut Class of 92, Giggs menjadi salah bagian dalam sejarah kesuksesan MU. Dari beberapa nama diatas, hanya Giggs-lah yang kini masih aktif bermain untuk tim setan merah.

Kesetiaan Giggs terhadap timnya memang patut dicontoh. Ia merupakan pemegang caps terbanyak di MU dengan 891 kali penampilan dan menyumbang 161 gol untuk setan merah. Sewaktu melawan Fulham (22/12) ia mempersembahkan satu gol dan menahbiskannya sebagai satu-satunya pemain yang selalu mencetak gol pada setiap musim di BPL sejak kompetisi ini bergulir di tahun 1992.

Beberapa musim lalu, peran Giggs digeser oleh Sir Alex Ferguson. Ia sering dipindah untuk bermain sebagai gelandang tengah, meninggalkan sayap kiri yang dulu ia tempati. Di musim ini, ketika badai cedera melanda lini tengah MU, ia kembali menempati pos barunya tersebut. hasilnya? Satu gol ia sumbangkan kala bertemu Fulham.

Di usianya yang tak lagi muda, Giggs masih ingin terus bermain. Ia berharap kontraknya yang akan habis pada Juni 2012 akan diperpanjang lagi setahun oleh manajemen MU. Giggs memang sudah menurun dari segi kecepatan. Akselerasinya mungkin tak sehebat dulu lagi. Tapi dari segi pengalaman, ia lebih mumpuni dari para pemain muda.

Bagaimanapun, Giggs adalah legenda bagi MU dan pahlawan bagi para pendukungnya. Ia layak disejajarkan dengan legenda MU lain seperti Bobby Charlton dan George Best. Dan, ketika pensiun nanti namanya akan selalu terkenang di memori para pendukung United.

Selesai sudah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Akhir Tahun: 2022, Kembali dan Mengingat Mourinho

Melihat Huesca, Mengingat Chairil

Catatan Akhir Tahun: Di Garis Batas