Secuil Memori dari SD Negeri...

Saya jadi terinspirasi untuk menulis ketika pulang sekolah saya melihat 2 anak kecil seukuran adik saya berpetualang dengan sepeda mereka. Terik matahari yang menyengat tak menyurutkan semangat mereka untuk terus mengayuh sepeda menuju destinasi yang mereka inginkan. Dalam sekejap pula memori saya langsung berputar ke peristiwa di masa kanak-kanak. Sebuah romantisme masa lalu yang hanya bisa kita kenang.

Agak iri juga melihat anak-anak tersebut bisa bermain dan pergi kemanapun sesuka hatinya. Tak peduli kulit jadi hitam, tak peduli nanti pulang dimarahi bapak ibu. Sementara kita, pulang sekolah langsung diberondong dengan berbagai macam tugas. Tugas ini itu dengan deadline besok ataupun lusa segera mengantre untuk dikerjakan. Mungkin ini yang disebut dengan tanggung jawab ya???

Kembali ke memori yang beputar. Saya mengalami masa-masa seperti 2 anak diatas ketika saya mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar. 6 tahun study saya habiskan di SDN Mendungan 1. SD ini terletak di sebelah barat terminal Kota Yogyakarta, sedangkan batas wilayah selatannya adalah ring road selatan. Walaupun berada di wilayah perbatasan, tetapi SD saya masuk wilayah Yogya lho. Bagi anda yang mempunyai kerabat yang mau masuk SD, cemplungke wae ke SD ini.

Di sekolah inilah saya mengalami berbagai peristiwa. Senang, susah, senep dan perasaan lain bergantian mengisi hati ini di waktu SD. Tetapi,saya masih teringat dengan peristiwa menarik yang masih terngiang jelas dalam ingatan.Perisiwa yang berhubungan dengan kodrat anak SD yakni bermain.

Kala itu, mainan yang tren adalah mercon tutukan alias petasan yang dipukul. Cara membunyikannya adalah dengan dipukul atau ditumbuk dengan batu. Suara dari mercon ini tidak kalah dari mercon korek. Melihat teman saya bermain benda tersebut, saya berinisiatif meminta dan membunyikannya juga. Suara yang cukup keras pun bersahut-sahutan seperti kesenian gojeg lesung.

Tak berselang lama, wali kelas kami langsung menegur kami. Kami disuruh menghadap beliau dan mulailah sidang terhadap anak-anak berdosa ini. satu per satu kami ditanyai, darimana mendapat barang haram tersebut. Setelah ditanyai, kami pun divonis menerima hukuman. Tangan kami dipukul dengan menggunakan penggaris. Memang tidak terlalu sakit, tetapi ada teman saya yang nangis juga lho. Kami tidak bisa menyalahkan guru kami, karena hukuman tersebut bisa memberi efek jera dan esoknya kami kapok memainkan mercon tutukan lagi.

Itulah sekelumit kisah yang terjadi beberapa tahun lalu. Setelah beranjak dewasa, saya ingin bertemu lagi dengan kawan SD saya. Ingin rasanya mengenang dan mentertawakan bersama peristiwa itu. semoga hal tersebut dapat terealisasikan...

Selesai sudah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Akhir Tahun: 2022, Kembali dan Mengingat Mourinho

Melihat Huesca, Mengingat Chairil

Catatan Akhir Tahun: Di Garis Batas