Masa Kecil


Setiap bulan ramadan tiba saya selalu ingat kegiatan yang dulu dilakukan saat masih SD. Saat tersebut adalah masa-masa paling menyenangkan. Ketika bulan ramadan, berangkat SD lebih siang, tetapi pulangnya lebih awal. Rakyo penak tenan, sangune tetep tapi ora ana bakul panganan. Uangnya habis buat beli petasan.

Ketika SD, saya belum puasa satu hari penuh.puasa cuma separo hari atau lazim disebut puas mbedhug. Saat bedug alias dzuhur tiba, saya makan siang dengan lahapnya. Mengisi energi untuk puasa sampai sore. Kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang, dimana saya makan siang dulu waktu azan dzuhur biar puasanya kuat. Hehehehe. Walau cuma puasa separo hari, tapi yang ditulis di buku ramadan tetap puasa (puasa mbedhug tentunya). Saya menjalani puasa mbedhug sampai kelas 4.

Hal yang paling ditunggu saat puasa adalah liburnya. Ketika libur panjang tiba, banyak hal yang dapat dilakukan bersama teman-teman. Mulai dari jalan-jalan sehabis subuhan, bermain karambol di mushola yang kini jadi masjid dan main monopoli sampai siang. Hal yang paling berkesan adalah jalan-jalan sehabis subuhan. Banyak hal yang bisa dilakukan pada saat tersebut.

Setelah bakda subuh, saya dan teman-teman biasanya keliling kampung. Sambil jalan-jalan, biasanya sangu mercon dan disumet di sembarang tempat. Karuan saja hal tersebut mbrebegi tanggane. Satu lagi pekerjaan yang sering dilakukan adalah membunyikan bel rumah. Untuk hal tersebut, sudah ada rekan saya yang bertindak sebagai algojo. Dengan gagah ia menekan bel dan berteriak mengucap salam lantang sekali. kalau sang empunya rumah keluar, ya kita lari sekencang-kencangnya.

Masa SD adalah saat paling bahagia. Meminjam istilah Bung Karno, tahun-tahun tersebut adalah tavip atau tahun vivere pericoloso alias tahun menyerempet bahaya. Pokoknya kita senang jika hal yang kita lakukan agak-agak radikal gitu. hehehe. Main petasan di halaman tetangga ataupun membunyikan bel rumah orang hingga kini masih berkesan. Saat bertemu rekan-rekan yang dulu sering beroperasi, kadangkala kami menceritakan hal tersebut. Kami hanya bisa tertawa (dan prihatin) mengingat kekonyolan tingkah laku di waktu SD.

Saat ini anak-anak SD sudah tidak seperti jaman dulu. Jika kini ada yang seperti dulu, saya mencoba maklum. Dulu saya juga seperti itu, malah leih parah. Demikian saja, harap maklum.

Selesai sudah.


P.B

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Akhir Tahun: 2022, Kembali dan Mengingat Mourinho

Melihat Huesca, Mengingat Chairil

Catatan Akhir Tahun: Di Garis Batas